Sebuah Cerpen – Cinta yang Terpaksa Berakhir
Ini hanya sebuah cerpen karya seorang teman saya bernama Ihsan.
Langkah kaki perempuan itu menjauh membelakangi lelaki tersebut.
Dalam hujan malam hari itu, perempuan tersebut menerobos butiran air yang jatuh menerpanya. Dia tidak peduli dengan lelaki yang ada dibelakangnya.
“adinddaaaa …” teriak lelaki itu.
Tapi perempuan tersebut tetap saja berjalan semakin menjauh tanpa menengok sedikitpun.
“aadinnddaaaaa …” teriak lelaki itu sekali lagi.
Perempuan itu bertenti untuk beberapa detik, walau jarak yang sudah cukup jauh, tapi wanita itu masih mendengar suara teriakan nyaringnya.
Dalam tepi taman samping trotoar tersebut, hanya ada dua orang di sana. Lampu jalan remang kekuningan menghiasi sedihnya suasana malam itu. Jalanan sepi akan kendaraan yang melintas, benar-benar sepi.
Sejanak, wanita itu meneteskan air mata membasahi pipi yang bercampur air hujan. Berharap terhapus bersamaan air yang turun dari langit, agar tidak menyisakan kesedihan yang mendalam.
Terahir memandang lelaki tadi berdiri dengan wajah yang tidak percaya apa yang dikatakan perempuan tersebut. Padahal dia mengatakan yang sejujurnya. Berat memang rasanya, tapi dia tidak bisa menghindar.
dalam hati dia menggumam sendiri,
“maafkan kau sayang, tapi kita sudah tidak bisa bersama lagi. Aku ingin pergi jauh meninggalkanmu, lebih jauh dari yang kau kira. Aku takut kau akan kesepian saat sepeninggalanku. Terpaksa aku harus mengatakannya kepadamu, demi baktiku kepada orang tuaku. Aku harus lanjut sekolah. Mungkin kau dapat mencari yang lebih baik dariku, banyak wanita yang lebih baik dan lebih cantik dariku. Maafkan aku sayang, kau lelaki yang paling istimewa sepanjang hidupku.”
Lalu sekejap wanita itu mengusap air yang bercampur hujan di matanya dan pergi tanpa permisi dengan sedikit berlari. Meninggalkan lelaki yang masih diam terpaku tanpa senyuman.
No Comment