Keajaiban Istighfar – Kisah Imam Ahmad Bin Hambal
Assalamu’alaikum…
Ini postingan pertama saya, mau sedikit berbagi tentang kisah Keajaiban Istighfar yang terjadi pada seorang penjual roti dan Imam Ahmad Bin Hambal.
Kok ngeshare kisah tentang begini? Yaps, cuma ingin berbagi aja, ini menurut saya adalah kisah yang luar biasa, semoga teman-teman bisa terinspirasi dan tergugah hatinya untuk senantiasa beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa yang sudah di perbuat.
Tapiiii, ini sebenernya tulisan sebagai pengingat pribadi saya sendiri hehehe.
Okay, kurang lebih begini yaa ceritanya…
Suatu waktu Imam Ahmad merasa heran kenapa beliau ingin sekali pergi ke suatu kota di Irak. Padahal sebelumnya tidak ada janji sama sekali dengan orang lain, dan sama sekali tidak ada hajat.
Di Irak pun tidak ada saudara atau siapapun yang dikenalnya, namun akhirnya Imam Ahmad pun pergi sendiri menuju ke kota Bashroh.
Diceritakan tiba lah Imam Ahmad di sana tepat waktu Isya, kemudian Imam Ahmad pun ikut shalat berjamaah isya di sebuah masjid di sana. Selesai shalat, Imam Ahmad merasa tenang dan beliau pun kemudian beristirahat di masjid.
Setelah jamaah shalat Isya bubar, Imam Ahmad ingin kelelahan dan tidur di masjid. Tiba-tiba datanglah Marbot masjid menemui imam Ahmad sambil bertanya “Ya Sheikh, mau ngapain di sini?”.
(kata “Syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan berbeda, yaitu bisa untuk orang tua, orang kaya, dan orang berilmu. Dalam kisah ini, panggilan Syaikh sebagai orang tua, karena sang Marbot masjid tidak tau Imam Ahmad dan taunya hanya sebagai orang tua).
Marbot masjid tidak tau siapa Imam Ahmad, dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Karena di Irak, insya Allah semua orang mengenal Imam Ahmad.
Kemudian Imam Ahmad hanya menjawab “saya ingin beristirahat di sini, saya seorang musafir”.
Marbot pun menjawab, “tidak boleh, masjid ini bukan tempat tidur.”
Kemudian Marbot pun mendorong-dorong Imam Ahmad dan menyuruhnya supaya keluar dari masjid.
Imam Ahmad pun keluar dari masjid. Setelah keluar masjid, pintunya lalu dikunci oleh Marbot itu.
Lalu Imam Ahmad ingin beristirahat dan tidur di teras masjid. Ketika sudah berbaring di teras masjid, Marbotnya datang lagi dan marah-marah kepada Imam Ahmad.
“Anda mau ngapain lagi Yaa Syaikh?” kata Marbot.
“Saya mau tidur di teras ini, saya musafir” kata Imam Ahmad.
“Di dalam masjid tidak boleh tidur Syeikh, di teras masjid juga tidak boleh” kata Marbot.
Kemudian Imam Ahmad pun diusir dan didorong-dorong hingga ke jalanan.
Di samping masjid tersebut ada sebuah kios milik seorang penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti).
Pada saat Imam Mahdi diusir keluar masjid dan didorong-dorong, si penjual roti sedang membuat adonan dan dia pun melihat Imam Mahdi sedang didorong-dorong oleh Marbot tadi.
Ketika Imam Mahdi sampai di jalanan, si penjual roti itu memanggil dari jauh “mari Syaikh, Anda boleh menginap di tempat saya, saya punya kamar kecil silahkan dipake saja, dan kalau besok mau pulang silahkan”.
Imam Ahmad pun menjawab “baik”.
Kemudian Beliau masuk ke rumah si penjual roti tersebut, duduk di belakang si penjual roti yang sedang membuat adonan roti. Pada saat itu Imam Ahmad tidak memperkenalkan diri secara lengkap, hanya bilang sebagai musafir saja.
Ada hal yang menarik dari perilaku si penjual roti ini. Ketika Imam Ahmad ngajak ngobrol maka dia menjawabnya, tapi kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah Wa Atuubu Ilaih.
Saat menaruh garam dia baca Astaghfirullah Wa Atuubu Ilaih, saat mecahin telur dia baca Astaghfirullah Wa Atuubu Ilaih, saat mencampur gandum dia baca Astaghfirullah Wa Atuubu Ilaih. Dia senantiasa mendawamkan bacaan Istighfar dan merupakan sebuah kebiasaan mulia.
Imam Ahmad pun terus memperhatikan si penjual roti.
Lalu Imam Ahmad bertanya “Sudah berapa lama kamu melakukan ini?”.
Si penjual roti itu pun menjawab “Sudah lama sekali Syaikh, saya menjual roti semenjak saya bujang, ini berarti sudah 30 tahun, dari semenjak itu saya mendawamkan bacaan Istighfar”.
imam Ahmad bertanya lagi “Ma tsamarotu fi’luk? (apa hasil dari perbuatanmu ini?)”.
Si penjual roti itu menjawab “Tidak ada apapun yang saya minta kepada Allah, kecuali diijabah. Apa saja yang saya minta pasti Allah kasih”.
(Nabi SAW bersabda “siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka”).
Lalu si penjual roti itu melanjutkan “semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kasih”.
Imam Ahmad penasaran, lantas bertanya “apa itu?”.
Kata Si penjual roti itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad”.
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahuakbar, Istighfarmu lah yang membuat saya datang ke kota ini tidak tahu kenapa. Istighfarmu yang membuat Marbot masjid mendorong-dorong saya keluar masjid. Istighfarmu yang mendatangkan saya datang ke tempat ini”.
“Saya adalah Ahmad”. Kata Imam Ahmad.
(penjual roti pun terperanjat, kemudian memuji Allah, karena ternyata orang yang di depannya itu adalah Imam Ahmad).
(Kisah Ulama Ahlussunah Wal Jamaah, dikumpulkan oleh LTN Nahdlatul Ulama).
No Comment